VIRUS CORONA MEMOTIVASI GURU
Sudah selayaknyalah guru memang
orang yang “digugu dan ditiru”, mungkinkah ini masih berlaku seperti mata uang
yang dapat dutukarkan kemana saja. Ataukah kita sudah menjadi mata uang yang
lusuh bahkan mungkin sudah sobek, sehingga banyak orang yang sudah tidak mau
menerima kehadiran kita atau bahkan mencampakkannya.
Mohon maaf para Bapak /Ibu Guru
tulisan ini bukan maksud untuk mendiskreditkan para guru yang mulia. Tetapi
sebuah keniscayaan yang memang harus kita terima. Bagi Bapak/Ibu guru yang
marah akan tulisan ini mungkin dan wajar saja karena ia merasa menjadi mata
uang yang baik tetapi ia tidak bisa melihat dirinya secara utuh. Akan tetapi
bagi Bapak/Ibu guru yang merasa biasa-biasa saja mungkin karena ia termasuk
kelompok orang berfikiran positif yang masih mau memperbaiki dirinya.
Kalau guru merasa lebih pintar
dari siswanya, ada kalanya guru akan ditinggalkan siswanya, karena google lebih
banyak tau. Tetapi kalau guru memiliki banyak empati dan simpati maka ia akan
selalu dicintai siswanya, karena google tidak memiliki hal itu. Akan tetapi
bagi guru yang memiliki keduanya (memiliki rasa empati dan simpati juga pintar
memanfaatkan teknologi) maka ia akan selalu ada dihati siswanya.
Pembelajaran dengan sistem daring
menjadikan guru termotivasi, terpaksa, dipaksa, terbiasa, manakah kata yang
cocok menggambarkan diri Anda. Guru yang lebih kreatif maka ia akan
termotivasi. Guru yang kurang kreatif maka ia akan sangat terpaksa apa lagi
guru yang tidak kreatif maka dia harus dipaksa dan memaksakan diri untuk mampu
melaksanakan tugas-tugasnya. Sangat jauh berbeda dengan guru yang memang sudah
terbiasa menggunakan sistem dan media pembelajaran yang bervariasi pada saat
mengajar daring atau secara online kepada siswa. Ya, itulah virus corona sebagai motivator atau
provokatornya.
Sudah menjadi fitrah manusia, apa
bila dalam keadaan mendesak ide dan kreativitas dan motivasi akan selalu
muncul, baik itu akibat desakan maupun
akibat kebutuhan. Perhatikan sekarang semua orang didesak untuk bekerja dari
rumah dan belajar di rumah, ini adalah desakan. Lalu kebutuhannya adalah bagai
mana mengkomunikasikan antara bekerja (mengajar) dari rumah dengan siswa yang
belajar di rumah. Lalu timbul motivasi untuk bisa menguasa teknologi (komputer,
internet) dan media pembelajaran lainnya.
Ialah virus korona yaitu virus
yang mampu hipnotis dunia, dari virus corona (Covid-19) yang mengharuskan
orang-orang penghuni bumi ini mencari pola atau bentuk berkegiatan. Jadi bukan
hanya bekerja dan belajar dari rumah, melakukan hubungan sosialpun harus
menjaga jarak aman (social distancing), (physical distancing). Bekerja
(mengajar) dari rumah, belajar dari rumah adalah sebuah seruan yang bembahana
seantero dunia. Dari sinilah masalah baru mulai bermunculan khusnya dalam dunia
Pendidikan. Komponen masalah tersebut diantaranya : guru, siswa, media, konten.
Mari kita bahas satu persatu.
a. Guru
Pengertian guru adalah seorang
tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing,
melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
Dalam proses pembelajaran guru seperti pilot yang mampu menerbangkan bahkan
mengendalikan sebuah pesawat. Peranan guru sangat vital bahkan lebih dari
seperti seorang pilot. Karena peranan
guru harus mampu memberikan arah perjalanan terhadap setiap peserta didiknya.
Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga
pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya.
Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat
penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara
intelektual maupun akhlaknya.
Adapun yang dimaksud dengan 7 M
adalah
Mendidik
Membimbing
Mengarahkan kan
Melatih
Menilai
Mengajar
Mengevaluasi
b. Siswa
Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia Siswa/siswi adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan
menengah pertama dan menengah atas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai
salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang menjadi sasaran tujuan
pembentukan siswa memerlukan pemandu arah dari cita-citanya. Perlu guru yang
mampu mengelaborasi potensi setiap siswanya.
c. Media
Pengertian Media Pembelajaran,
media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang
secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan (konten) dengan penerima pesan. Peran media pembelajaran
tidak kalah penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, dan dapat memperjelas konten
pembelajaran. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Pemilihan media pembelajaran yang
tepat akan lebih mempermudah pemahaman peserta didik dalam menginput materi
pembelajaran. Juga pemanfaat multi media sangat baik sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Media yang sekaligus
mengandung konten pembelajaran akan lebih memberikan tantangan pada peserta
didik serta memberi pengalaman yang lebih luas seperti menggunakan laptop atau
sejenisnya.
d. Konten
Konten atau isi atau materi bahan
ajar adalah sesuatu yang sangat penting dan itu harus ada dalam proses
pembelajaran. Konten ini seringkali tidak diperhatikan. Artinya, konten
seringkali diserahkan saja pada keputusan guru atau diambil saja dari buku teks
yang berlimpah-limpah, tanpa mengaitkan dengan tujuan pendidikan, tujuan
kurikulum atau dengan tujuan instruksional. Padahal konten ini sudah tertuang
dan terstruktur dalam kurikulum pada tiap jenjang Pendidikan.
Penidikan kita yang menganut
sistem klasikal mengharuskan guru memberikan materi sesuai kurikulum, padahal
kemampuan dan kemajuan peserta didik dalam perkembangannya bervariasi termasuk
juga arah cita-cita yang diinginkannya. Disinilah peran guru yang kreatif
dituntut untuk mampu menyisipkan hiden kurikulum, sehingga perbedaan
perkembangan setiap peserta didik dapat terus diarahkan.
cakep
BalasHapusMaaf basih banyak yang harus edit
BalasHapusSipp...pak rusmin
BalasHapusMantap
BalasHapusTerimakasih semoga memang yang terbaik untuk kita
HapusSudah cukup baik, nanti kita bantu mengedit.
BalasHapusTerimakasih semoga memang yang terbaik untuk kita
HapusKeren.mampir cakinin.blogspot.com
BalasHapus