Sabtu, 27 Juni 2020

AKU BELUM SIAP MATI KERENA COVID-19

Ketika aku sakit yang indikasinya kena Covid-19. Hal ini dikuatkan dengan diagnosa tim medis saat pemeriksaan awal. Saya sadar karena pertanyaan tim medis ibarat ulangan semester saya dapat nilai tertinggi 100. Artinya semua indikasi dengan ciri-ciri Covid-19 ada pada saya saat itu.
Mengingat kembali jawaban saya atas pertanyaan tim medis:
- Badan menggigil
- Batuk kering (tidak berdahak)
- sendi kaku
- Susah tidur
- sesak nafas
- Buang air besar encer, ada/pernah berwarna hitam.
- Pernah melakukan perjalanan
- Kejadian awal 10 hari yang lalu (hitung mundur sampai saya masuk/dijemput tim gugus tugas Covid-19 Kuala Kapuas.
Sambil melalukan pertanyaan tim medis memasang berbagai alat seperti selang oksegen, alat detektor jantung, paru-paru dan berbagai alat lainnya yang saya kurang mengerti seperti dijepit pada kaki, tangan, dada.


Saat selang oksegen dan infus masih terpasang

Saya beserta isteri terbaring lemas di ranjang rumah sakit

Sadar bahwa akhir dari kehidupan di alam fana ini adalah kematian lalu kehidupan berikutnya di hari perhitungan/Hari pembalasan. Namun untuk menunggu itu kita harus terbujur kaku sendirian bahkan sampai tersisa kerangka di dalam kubur, entah itu berapa lama.
Jauh sebelum peristiwa ini, sebagai hamba Allah yang harus bertaqwa kepadanya (Karena saya muslim) soal persiapan ibadah dan atau kewajiban sebagai ummat terhadap tuhan saya sudah menjalankan. Meskipun hanya pada garis standar, Alhamdulillah 5 rukun islam sudah, dan masih menjalankannya sesuai ketentuan waktu seperti sholat, puasa dan berbakat.
Rukun iman 6 perkara saya sangat meyakininya.
Sebagai suami dan kepala rumah tangga, saya tidak pernah henti-hentinya dan tidak pernah lelah menjalankan kewajiban. Baik menafkahi maupun pendidikan agama dan keduniaan sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan dan kematian serta kehidupan selĂ njutnya.
Sebagai kepala keluarga saya sudah mempersiapkan kebutuhan dasar setiap anak temasuk biaya pendidikannya, yang sekiranya saya mati saat ini insya Allah setiap anakku sudah memiliki tempat berteduh. Dan yang masih kuliah serta sekolah masih saya sisihkan atau anggarkan biaya pendidikan minimal sampai lulus S1
Sebagai orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga berdasarkan tuntunan agama islam selalu saya sampaikan.
Terkadang saya berujar "kamu tidak harus" menjadi orang pintar dengan sederet gelar. Tetapi yang paling penting bagai mana kamu bisa berbakti kepada orang tua, berguna bagi orang lain dan keluarga.
Untuk menebus jasa orang tua mu, meskipun kamu menggendong orang tua mu naik/pergi haji sebanyak 7 kali itu belumlah cukup.
Maka "Abah" berharap kamu bisa mensholatkan Abah dan Mamamu saat sudah mati terbujur kaku, bahkan sangat berharap kamu lah imannya. Maka lunaslah jasa orang tua mu yang telah menyebabkan kamu lahir dan memelihara hingga besar.
Secara lahirlah sepertinya saya sudah sangat siap dan mempersiapkan kematian, bahkan tempat untuk berkuburpun sudah saya persiapkan untuk satu keluarga besar dengan ukuran 289 m².
Lalu kenapa saya takut mati?
Selama pandemi Covid-19 saya dan keluarga sudah berusaha maksimal agar tidak tertular, namun Allah yang maha segalanya berkendak lain.
Saat saya dan Isteri mulai dijemput oleh tim gugus tugas Covid-19 Kuala Kapuas Kalimantan Tengah, hingga saya dan isteri selesai dilakukan tindakan awal sebelum masuk rumah sakit untuk perawatan, salah satu anak saya selalu mendampingi untuk berbagai kebutuhan dan data-data diri.
Saat jeda sambil menunggu kalau ada sesuatu yang saya dan tim medis perlukan, anak saya duduk termenung, sangat terlihat oleh saya raut kesedihan dan kekhawatiran. Wajarlah karena kedua orang tuanya berjuang untuk melawan Covid-19 yang ia sendiri tidak mampu untuk membantu secara medis.
Saat itulah terpikir oleh saya "apakah aku dan isteri ku yang akan menjadi giliran berikut untuk ia sholatkan dan kuburkan".
Ya, kira-kira fikiran itulah yang ada pada anak saya, sehingga membuat saya takut mati karena Covid-19.
Fikiran itu sangatlah beralasan karena di Kabupaten Kuala Kapuas anak saya tadi adalah salah satu tim penguburan bagi orang-orang yang meninggal dunia karena Covid-19.
Salam sehat untuk semua, semoga Allah masih memberikan kesempatan kepada kita semua untuk bisa memperbaiki kualitas Ibadah dan kepribadian.



Senin, 22 Juni 2020

KAMI MENJALANI NEW NORMAL

Malam ini saya isteri alhamdulillah sudah memulai "NEW NORMAL ".
Setelah enam hari bertahan di program pengobatan Covid-19. Dimana sebelumnya saya dan Isteri bertahan 10 hari merasakan proses Covid-19 merasuki tubuh kami. Sadar kami tidak mampu bertahan hingga harus masuk rumah sakit pada hari Rabu 17 Juni 2020.
Berbagai pertanyaan tim medis yang mengarah pada Covid-19, pengambilan sampel darah, rongsten. Hingga tindakan medis saya harus diberi  oksegen dan bersama istharus menjalani pengobatan.
Selama proses pengobatan saya selalu berusaha dan mengajak isteri untuk selalu berfikir fositif.
Saya coba olahraga, Joget sambil mendengarkan musik dankdut.
Pada hari ini pukul 12.00 wib saya dan Isteri kembali dilakukan foto rontgen yang mana 4 hari dan 3 hari sebelumnya juga dilakukan tes swap.
Alhamdulillah Allah tidak pernah ingkar dengan janjinya, hari ini saya dan Isteri memasuki pada New  Normal yaitu dipindah ke lokasi untuk menjalin karantina bersama 2 orang yang lebih awal.masuk perawatan.
Malam ini adalah malam pertama masuk rumah karantina, yang mungkin akan kami lalu selama 14 hari kedepan
Untuk menjalani karantina kami sudah disiapkan 1 Unit rumah type 36, dilengkapi peralatan cuci dan mandi, disediakan rice cooker, despenser, kasur dan bantal, kipas angin dan alat kebersihan rumah.. ada fasilitas listrik dan air PDAM, semua peralatan tadi baru (bukan bekas). Membaca tulisan ini seperti orang yang baru kawin punya rumah baru senang tentunya. Apa lagi itu semua didapat gratis.
Tatapi perlu disadari ini adalah proses new normal. Artinya kami menjalani proses kehidupan normal yang belum tentu semua orang akan mendapatkan kenormalan.
Jadi apalah artinya kesenangan sementara kebebasan kita terkungkung.
Maka dari itu saya mengajak untuk bisa menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan kita. Ternyata sehat itu murah dan mudah, yang mahal itu sakit

Malam pertama ini kami sudah disuguhi  7 macam obat yg harus kami minum, sepertinya ini 7 hari kedepan.
Esok pagi dan setiap jam berbagi makanan kami harus meletakkan kursi untuk petugas meletakkan jatah makan.
Salam sehat semoga kita semua selalu diberikan kualitas kesehatan yang prima.


PERKENALAN KEPALA SEKOLAH PADA MPLS

KEPALA SMAN 1 ALALAK Nama                          : Drs. Rusmin, M.A.P NIP                             : 19660520199203101...