INGIN MENULIS INTIP DI SINI
Penuturan narasumber saya Asep Sapa'at, tubuh sehat, jiwa
kuat, cita-cita ingin jadi orang bermanfaat. 🙏🏻
Mengikat Makna
Dengan semangat untuk saling belajar,
saya ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah
Republika.
Pertama, saya awali dengan penjelasan
tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh
almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai
cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.
Setiap orang memiliki hambatan menulis
yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan,
ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan
bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa
menulis jika konsisten mau belajar.
Mulailah menulis dari:
- Yang
biasa kita alami, rasakan, dengar, lihat (sesuatu yang dekat dengan diri kita).
- Yang
mudah
- Yang
sederhana
- Yang
biasa kita renungkan, pikirkan dan kita yakini
Jangan memulai dari khayalan, nantinya
Anda akan kehabisan hayalan kekurangan kata-kata yang ingin diungkapkan,
sehingga unkapan yang ingin disampaikan tidak dapat dimaknai oleh pembaca.
Berbeda dengan para penulis yang memiliki banyak pengalaman, ia bisa memulai
dari mana saja.
Mulailah menulis dalam cacatan pribadi
baik yang opline maupun yang online seperti facebook, Twitter, WhatsApp,
Instagram dan media sosial lainnya. Ini adalah cara ampuh untuk membangun
kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan.
Sifat Tulisan
Berdasarkan kajian salah satu guru
menulis saya, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat,
yaitu:
1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi
dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain.
Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan
rahasia.
2.
Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi
dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul
akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet.
Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang
bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3.
Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk bisa dibaca oleh sekelompok
orang yang mendapat rekomendasi penulis atau di publis pada grup-grup tertentu.
4.
Publik terbuka, berbeda dengan ketiga sifat tersebut di atas, tulisan yang
ditujukan siapa saja yang bisa mengakses tulisannya, baik melalui media cetak
dan atau melalui media online.
Sifat menentukan untuk siapa tulisan
Anda ditujukan. Pada sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu
sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk
publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi,
ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.
Ruh Tulisan
Asal kata ruh memiliki arti sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang
diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup. Ruh adalah juga potensi lain
yang dimiliki oleh manusia.
Dalam sebuah tulisan adanya ruh diharapkan
adalah suatu potensi atau unsur yang dapat mempengaruhi pembaca sesuai dengan
tema besar tulisan. Alam bawah sadar pembaca akan larut dan terbawa pada suasan
tulisan yang dibacanya. Sehingga pembaca bisa: tertawa terbahak-bahak, sedih
dan menangis, berperilaku yang lebih baik (sopan santun, alim, ramah-tamah,
bijaksana, penyayang dan lain sebagainya).
Sebelum bicara lebih teknis untuk
membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan
kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang
harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
o
Visi Hidup
o
Emosi
o
Wawasan
o
Pengalaman
o
Nalar
o
Kontemplasi
-
Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis
memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis,
luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman
hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan
tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan
ditulis.
Proses Menulis
Ada 5 hal yang harus diperhatikan setiap
kali kita menyelesaikan sebuah tulisan, sehingga tulisan itu dapat dinikmati
para pembaca:
1. Menggagas:
Berpikir dan Merencanakan
o
Mengumpulkan bahan referensi
o
Menentuian pembaca sasaran
o
Mengembangkan ide menjadi kerangka
2. Menyusun draf
o
Menulis bebas
o
Memasukkan bahan yang relevan dengan
pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki.
o
Memasukkan data dan fakta.
o
Mengembangkan gaya penulisan yang tepat
sesuai pembaca sasaran.
3. Merevisi
Tahapan yang sangat sebelum menerbitkan
sebuah tulisan adalah melakukan revisi. Draf yang sudah disusun dikoreksi ulang
mungkin perlu penambahan atau pengurangan kata dan atau kalimat, bisa juga
memperbaiki susunan kata-kata agar mudah dipahami oleh pembaca. Disamping itu
perlu juga memperhatikan tata bahasa seperti pemakaian tanda baca, penentuan
huruf kapital dan lain sebagainya.
4. Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki
tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak
boleh ada kesalahan elementer.
5. Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media
yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu dapat memilih media daring atau
media cetak.
Di luar teknis menulis yang disampaikan
di atas, faktor nonteknis seperti:
o
Disiplin menulis
o
Tak pantang menyerah mengirimkan tulisan
ke media meski sering ditolak dan tak dimuat.
o
Selalu belajar meningkatkan keterampilan
menulis.
o
Membiasakan diri untuk selalu mengisi
rubrik opini pada media tertentu secara online. Cara ini akan jadi jalinan
silaturrahmi dengan para redaktur di media masa. Kita juga mendapatkan
informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan
potensial dimuat di media cetak.
Pesan-Pesan Bijak Untuk Menulis
o
Mulailah menulis dari sekarang kalua tidak
kapan lagi, menulislah setiap hari.
o
Mulai menulis dari yang mudah dari apa
yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita cium.
o
Mulailah menulis dari sedikit, lama-lama
jadi bukit. Nanti bisa dikumpulkan menjadi sebuah tulisan utuh.
o
Mulailah menulis dari yang sederhana, mungkin
hal yang tidak penting (cerpenting)
cerita tidak penting, hingga menjadi sesuatu yang sangat bermakna.
o
Mulailah menulis bebas, buang semua
perasaan yang menghambat seperti: takut, malu, malas, tekanan psikologis.
Semoga Anda jadi penulis yang hebat.
Aamiin..
BalasHapusMaju Bersama Hebat Semua
BalasHapus