Berikut
pengertian stigma, Stigma adalah ciri
negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. (https://lektur.id/arti-stigma/)
Siapa yang berani bilang "SAYA POSITIF
COVID-19", tidak semua orang mau terbuka atas apa yang ia alami apa lagi
yang berhubungan dengan covid-19. Jangankan untuk terbuka kepada masyarakat,
apa lagi harus mempublikasikan lewat berbagai media sosial, bahkan terkadang
terhadap tim medis pun masih ada yang ditutup-tutupi. Inilah salah satu
penyebab sulit dan lambatnya percepatan penuntasan covid-19 di Indonesia.
Terpapar covid-19 dengan berbagai kondisi
seperti:
-
ODP adalah orang dalam pemantauan. Istilah
ini diberikan kepada seseorang yang pernah kontak atau berpergian ke negara
yang mengalami penyebaran virus corona walaupun belum menunjukan gejala.
-
OTG adalah orang tanpa sgejala. Orang ini
pada umumnya tidak merasa sakit atau tidak merasa ada tanda-tanda terkena virus
corona, layaknya seperti orang sehat namun pada dasarnya ia berstatus positf
apa bila dilakukan tes swab.
-
PDP adalah istilah dari pasien dalam pengawasan.
Contoh PDP yang dimaksud dalam istilah virus corona adalah orang yang telah
dirawat karena menunjukan gejala demam, batuk, dan sesak napas.
-
Positif diberikan kepada seseorang yang jelas
terinfeksi virus corona. Kepastian tersebut didapatkan dari tes swab atau cek
usapan lendir saluran pernapasan di laboratorium.
Apapun status orang seperti tersebut
diatas, sepertinya menjadi aib besar baginya dan bagi keluarganya, padahal aib
itu sendiri pengertian maknanya adalah akibat dari kesalahan perbuatan jelek atau
melanggar norma agama, bisa jua pada kelompok tertentu melanggar adat istiadat.
Hidup tersisih dan disisihkan dari
pergaulan dan pekerjaan di masyarakat. Karena masih banyak masyarakat yang
mengucilkan mereka yang pernah terpapar covid-19. Padahal mereka yang selesai
menjalani pengobatan/perawatan, itu sudah pasti bebas dari covid-19 berdasarkan
hasil RT PCR COVID-19. Karena kalau tidak, tidak mungkin akan bisa pulang
kerumah.
- Kalau
mereka buruh pekerja lepas (tukang rumah, tukang kebun atau penjual jasa
lainnya) maka tidak ada lagi orang yang mau memberi pekerjaan untuk mereka.
- Kalau
mereka pedagang apa lagi pedagang kecil hanya orang-orang yang tidak tahu saja yang
mau membeli.
- Banyak
orang yang menjaga atau membatasi diri dalam pergaulan untuk bersosialisasi.
Saking tingginya persepsi itu (stigma),
untuk menjaga marwah keluarga dan tidak ingin membuat orang lain merasa tidak
nyaman. Kami harus membatalkan rencana
resepsi pernihan anak saya yang sudah direncanakan tanggal 31 Mei 2020.
Dijadwal ulang 9 Agustus 2020. Padahal uang gedung sudah dibayar lunas, rias
penganten sudah di bayar DP. Karena ini memang masih masanya tidak boleh mengumpulkan
orang banyak, sebenarnya kami masih diberi kesempat untuk menjadwal ulang.
Berdasarkan hasil musyawarah keluarga
dengan segala konsekuensi dan berbagai pertimbangan kami putuskan untuk
membatalkan resepsi pernikahan. Bukan hanya sewa gedung yang sudah dibayar
lunas dan bayar DP rias penganten. Bahkan seragam baju keluarga sudah dibeli,
souvenir sebagai ucapan terima kasih sudah dibeli, berbagai menu makanan sudah
dirancang. Tapi khawatir kalau tamu banyak yang merasa kurang nyaman atau
sangat terpaksa hadir bahkan kehadiran tamu undangan tidak sesuai harapan. Dari
pada kecewa dan mengecewakan orang (tamu undangan), maka batal adalah pilihan
yang sangat sulit namun itu pilihan terbaik menurut hasil musyarawarah
keluarga.
Pengalaman saya sebagai mana yang pernah saya tulis pada edisi sebelumnya, untuk melihat klik link ini :
Sebenarnya saya sudah melaksanakan protokol
kesehatan seperti yang sudah banyak kita ketahui, bahkan pada tempat-tempat
tertentu saya melakukan hal-hal seperti ini:Pengalaman saya sebagai mana yang pernah saya tulis pada edisi sebelumnya, untuk melihat klik link ini :
1. Untuk membuka pintu ATM, atau pintu-pintu
umum lainnya yang sejenis saya gunakan siku atau bahu untuk mendorong pada
bagian kaca. Kalau pun harus membuka dengan cara menarik maka saya akan
memegang gagang pintu pada bagian paling bawah atau paling atas, karena menurut
saya itu bagian yang paling sedikit atau tidak pernah dipegang oleh pengunjung
lainnya.
2. Untuk menekan tombol seperti tombol ATM biasa saya gunakan bekas struk ATM untuk melapisi jari, dan kelurnya saya cuci tangan. Berusaha sesingkat mungkin berada dalam ruang ATM, mempersiapkan lebih awal di luar ruang atau kabin, seperti kartu ATM, nomor rekening tujuan untuk tranfer.
3. Untuk naik atau turun escalator atau tangga lainnya saya tidak pernah berpegang pada bagian pegangan tangan.
4. Kalau harus berjalan kaluar rumah, saya
biasa menggunakan mobil. Karena anggapan saya selama diperjalanan saya dilindungi
oleh dinding mobil sama seperti di rumah saja. Kalau pun harus pakai motor
untuk tujuan lebih praktis biasa saya gunakan masker dan pakai helm yang
berkaca/pelindung.
Orang yang terpapar covid-19 tidaklah seperti pengertian aib yang dimaksud di atas. Terpapar mungkin karena tidak
melaksanakan protokol kesehatan. Tapi yang jelas takdirnya sudah ditentukan
Allah.
Takdir adalah
ketentuan Allah yang ditetapkan sejak zaman azali (dahulu). Dalam bahasa
Indonesia takdir disebut nasib. Dalam bahasa Arab takdir disebut dalam dua kata
yaitu qadha dan qadar. Kedua kata ini bermakna sama (sinonim) tapi ada juga
yang memberi makna berbeda. Menurut ulama, takdir ada yang bisa berubah ada
yang tidak bisa berubah. Yang pertama disebut takdir mualaq sedang yang terakhir
disebut takdir mubrom. Adanya takdir mualaq berdasar pada QS Ar-Ra'd :39.
Sedangkan takdir mubrom berdasarkan pada QS Ali Imron :154 dan sejumlah ayat
lain. Dalam bahasa Inggris takdir disebut predestination. https://www.alkhoirot.net/2014/08/takdir-islam.html
Apa yang saya rasakan dan apa yang saya
bayangkan selama ini sebenarnya sudah saya tulis dalam 4 edisi sebelumnya.
Silakan klik link ini agar tidak ketinggalan informasi:
Pertama kali saya rasakan saat saya
terindikasi terpapar covid-19 memang luar biasa resiko bahayanya, mungkin
penyebabnya karena 10 hari saat terasa sakit baru saya ke rumah sakit. Meskipun
lima hari sebelumnya saya dan isteri sudah berobat kedokter. Namun tidak ada
perubahan menuju sehat. Akan tetapi begitu dirawat dirumah sakit 2 hari pertama
sudah sangat terasa perubahan dan harapan sehat pun semakin nampak. Begitu juga
saya lihat pada isteri saya.
Berdasarkan analisa tim medis dari hasil
rongsen, pengambilan sampel darah serta sudah tidak memerlukan fasilitas khusus
seperti infus, oksegen atau alat kesehatan lainnya. Maka mereka akan dimasukkan
ke perumahan karantina kesehatan.
Disini di perumahan karantina kesehatan
NSD Kuala Kapuas Kalimantan Tengah, ada 81 orang (jumlah selalu berubah-ubah ada
yang keluar karena sembuh, ada juga yang masuk) warga binaan dengan berstatus :
·
Positif
dari hasil swab test terakhir
·
Negatif
dari hasil swab test terakhir
·
Reaktif
dari rapid tes awal
dan ada lagi
·
Orang
sehat
Sedikit saya uraikan apa dan kenapa
keempat kelompok itu ada dalam satu lingkungan dan hidup bersosialisasi. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan selama 9 hari saya berada di lingkungan karantina kesehatan covid-19
NSD Kuala Kapuas. Sejak tanggal tanggal 22 (malam) Juni 2020 sampai tanggal 30
Juni 2020. (Maaf kalau cerita ini salah atau ada yang membantah berarti itu
keterbatasan pengetahuan saya).
· Orang
yang berstatus positif hasil swab test terakhir, itu sebenarnya bisa saja telah
dilakukan swab test berkali-kali tetapi tetap hasilnya positif. Atau hasil swab
testnya berselang-seling seperti : positif-negatif-positif. Maka masih tetap
tinggal dan wajib menjalani karantina kesehatan.
· Orang
yang berstatus negatif dari hasil swab test terakhir, itu sebenarnya bisa saja sebelum telah dilakukan swab test berkali-kali tetapi belum mendapatkan hasil negatif 2
kali berturut - turut. Atau hasil swab testnya berselang-seling seperti :
negatif-positif-negatif. atau fositif-fositif-negatif. Maka masih tetap tinggal
dan wajib menjalani karantina kesehatan, sampai mendapatkan hasil negatif 2
kali berturut - turut.
· Orang
yang berstatus reaktif dari tes awal, itu adalah hasil penelusuran dengan
menggunakan rapid tes terhadap kaluarga positif covid-19. Bisa juga hasil tes
pada sekelompook orang tertentu atau secara acak. Biasanya rapid tes pada
sekelompok orang tertentu dilakukan apabila ada diantara mereka ditemukan
positif covid-19. Atau memang upaya gugus tugas untuk melakukan percepatan penuntasan
penyebaran covid-19.
·
Orang
yang berstatus sehat, itu adalah kaluarga yang menemani dari warga binaan
karantina kesehatan covid 19. Itu memang permintaan bagi warga binaan yang ingin
ditemani keluarganya.
Ini adalah foto-foto warga binaan karantina kesehatan bagi merekap yang terindikasi terpapar covid-19. diantara mereka itu ada kelompok orang-orang yang seperti saya sebutkan di atas.
Selesai berolahraga bulu tangkis mereka berjemur pagi hari
Ibu-ibu bersosialisasi sambil berjemur pagi hari
Bapak-Bapak bersosialisasi sambil berjemur pagi hari
Dilihat secara kasat mata keempat kelompok
ini tidak dapat kita bedakan status orang perorang, siapa yang positif, siapa
yang negatif, siapa yang reaktif, dan siapa yang sehat. Kecuali kita bertanya
langsung kepada yang bersangkutan. Bagi mereka sama saja tidak ada stigma untuk
orang-orang yang masih berstatus positif. Begitu juga bagi mereka yang
berstatus positif kalau ditanya mereka akan menjawab sesuai statusnya, tidak ada
rasa malu, rasa takut. Bahkan warga binaan disini sudah ada yang menjalani swab
test hingga 7 kali. Ada yang menjalani karantina kesehatan covid-19 sampai 85
hari lamanya. Namun ada juga yang 2 hari, 4 hari, ini biasanya bagi mereka yang hanya menuggu hasil RT PCR COVID 19 kerena tesnya dilaksanakan di rumah sakit.
Keempat kelompok ini bergaul dan
bersosialisasi layaknya seperti kehidupan biasa saja, dalam komplek perumahan NSD
Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. (silakan Anda bayangkan seperti kehidupan dalam sebuah
komplek perumahan). Komplek ini memang digunakan
untuk menampung warga binaan karantina kesehatan orang-orang yang terpapar
indikasi atau positif covid-19.
Disini semua warga binaan melaksanakan protokol
kesehatan dan kegiatan seperti:
-
Cuci tangan
pakai sabun
-
Pakai
masker
-
Jaga jarak
- Cuci/semprot
hidung pakai larutan infus Sodium Chloride 0,9% dengan menggunakan spuit (alat suntik
tanpa jarum).
-
Berjemur
pagi hari
-
Olahraga
Setelah 9 hari menjalani kehidupan dan
bersosialisasi sesama warga binaan karantina di alam terbuka, yang dibatasi
dinding pagar pada sisi luar komplek perumahan yang sangat luas. Persepsi saya mulai
berubah terhadap orang-orang yang positif covid-19. Secara kasat mata ternyata orang-orang
yang diluar atau anda yang selama ini merasa sehat, tidak ada bedanya dengan
mereka penghuni karantina kesehatan. Beberapa orang
warga binaan saya tanya tentang perasaan kesehatannya, mereka bilang sangat
sehat, namun sebenarnya mereka seperti yang saya gambar diatas.
Jangan Anda merasa sehat dan bebas dari
covid-19 hanya karena tes suhu tubuh menggunakan thermo gun dibawah 37,3. Mereka
penghuni karantina kesehatan di NSD ini juga suhunya dibawah 37,3.
Nah apa yang membedakan mereka dengan Anda?
Nah apa yang membedakan mereka dengan Anda?
Jawabnya adalah Anda tidak pernah atau
belum dilakukan swab test, sedangkan mereka rutin dilakukan swab test. Sehingga
akan ketahuan dari hasil analisis apakah positif atau negatif. Bagi mereka yang
sudah mendapatkan hasil 2 kali negatif berturut-turut dari hasil swab test,
maka mereka dinyatakan sehat dan selesai menjalani proses karantina kesehatan covid-19.
Salam sehat hapus stigma covid-19 kembali pada kehidupan normal JANGAN LUPA BAHAGIA
Terima kasih bagi ilmu dan info serta pengalamannya pak rusmin...semoga semua segera baik dan normal seperti semula
BalasHapusYa, memang berat menanggung beban sebagai orang yang positif Covid-19. Tapi demi untuk memberikan pelajaran semua itu harus saya tepis, dan saya terus menulis serta publisher. Tks doa dan motivasinya
BalasHapus