Jumat, 03 Juli 2020

HAPUS STIGMA COVID-19

Berikut pengertian stigma, Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. (https://lektur.id/arti-stigma/)

Siapa yang berani bilang "SAYA POSITIF COVID-19", tidak semua orang mau terbuka atas apa yang ia alami apa lagi yang berhubungan dengan covid-19. Jangankan untuk terbuka kepada masyarakat, apa lagi harus mempublikasikan lewat berbagai media sosial, bahkan terkadang terhadap tim medis pun masih ada yang ditutup-tutupi. Inilah salah satu penyebab sulit dan lambatnya percepatan penuntasan covid-19 di Indonesia.

Terpapar covid-19 dengan berbagai kondisi seperti:
-         ODP adalah orang dalam pemantauan. Istilah ini diberikan kepada seseorang yang pernah kontak atau berpergian ke negara yang mengalami penyebaran virus corona walaupun belum menunjukan gejala.
-         OTG adalah orang tanpa sgejala. Orang ini pada umumnya tidak merasa sakit atau tidak merasa ada tanda-tanda terkena virus corona, layaknya seperti orang sehat namun pada dasarnya ia berstatus positf apa bila dilakukan tes swab.
-         PDP adalah istilah dari pasien dalam pengawasan. Contoh PDP yang dimaksud dalam istilah virus corona adalah orang yang telah dirawat karena menunjukan gejala demam, batuk, dan sesak napas.
-         Positif diberikan kepada seseorang yang jelas terinfeksi virus corona. Kepastian tersebut didapatkan dari tes swab atau cek usapan lendir saluran pernapasan di laboratorium.
Apapun status orang seperti tersebut diatas, sepertinya menjadi aib besar baginya dan bagi keluarganya, padahal aib itu sendiri pengertian maknanya adalah akibat dari kesalahan perbuatan jelek atau melanggar norma agama, bisa jua pada kelompok tertentu melanggar adat istiadat.

Hidup tersisih dan disisihkan dari pergaulan dan pekerjaan di masyarakat. Karena masih banyak masyarakat yang mengucilkan mereka yang pernah terpapar covid-19. Padahal mereka yang selesai menjalani pengobatan/perawatan, itu sudah pasti bebas dari covid-19 berdasarkan hasil RT PCR COVID-19. Karena kalau tidak, tidak mungkin akan bisa pulang kerumah.

Saking negatifnya pandangan masyarakat (stigma) terhadap orang yang pernah terpapar gejala covid-19 berdampak pada keluarga lainnya. Yang lebih parah lagi masyarakat mengucilkan dan memisahkan diri, memberi batas jurang pemisah yang dalam. Ini sangat dirasakan kerena setiap orang dan keluarga orang yang pernah terpapar gejala covid-19 merasakan "Derita di Atas Luka" seperti:
-      Kalau mereka buruh pekerja lepas (tukang rumah, tukang kebun atau penjual jasa lainnya) maka tidak ada lagi orang yang mau memberi pekerjaan untuk mereka.
-     Kalau mereka pedagang apa lagi pedagang kecil hanya orang-orang yang tidak tahu saja yang mau membeli.
-   Banyak orang yang menjaga atau membatasi diri dalam pergaulan untuk bersosialisasi.

Saking tingginya persepsi itu (stigma), untuk menjaga marwah keluarga dan tidak ingin membuat orang lain merasa tidak nyaman. Kami harus  membatalkan rencana resepsi pernihan anak saya yang sudah direncanakan tanggal 31 Mei 2020. Dijadwal ulang 9 Agustus 2020. Padahal uang gedung sudah dibayar lunas, rias penganten sudah di bayar DP. Karena ini memang masih masanya tidak boleh mengumpulkan orang banyak, sebenarnya kami masih diberi kesempat untuk menjadwal ulang.

Berdasarkan hasil musyawarah keluarga dengan segala konsekuensi dan berbagai pertimbangan kami putuskan untuk membatalkan resepsi pernikahan. Bukan hanya sewa gedung yang sudah dibayar lunas dan bayar DP rias penganten. Bahkan seragam baju keluarga sudah dibeli, souvenir sebagai ucapan terima kasih sudah dibeli, berbagai menu makanan sudah dirancang. Tapi khawatir kalau tamu banyak yang merasa kurang nyaman atau sangat terpaksa hadir bahkan kehadiran tamu undangan tidak sesuai harapan. Dari pada kecewa dan mengecewakan orang (tamu undangan), maka batal adalah pilihan yang sangat sulit namun itu pilihan terbaik menurut hasil musyarawarah keluarga.
Pengalaman saya sebagai mana yang pernah saya tulis pada edisi sebelumnya, untuk melihat klik link ini :
Sebenarnya saya sudah melaksanakan protokol kesehatan seperti yang sudah banyak kita ketahui, bahkan pada tempat-tempat tertentu saya melakukan hal-hal seperti ini:

1.  Untuk membuka pintu ATM, atau pintu-pintu umum lainnya yang sejenis saya gunakan siku atau bahu untuk mendorong pada bagian kaca. Kalau pun harus membuka dengan cara menarik maka saya akan memegang gagang pintu pada bagian paling bawah atau paling atas, karena menurut saya itu bagian yang paling sedikit atau tidak pernah dipegang oleh pengunjung lainnya.

2.   Untuk menekan tombol seperti tombol ATM biasa saya gunakan bekas struk ATM untuk melapisi jari, dan kelurnya saya cuci tangan. Berusaha sesingkat mungkin berada dalam ruang ATM, mempersiapkan lebih awal  di luar ruang atau kabin,  seperti kartu ATM, nomor rekening tujuan untuk tranfer.

3.    Untuk naik atau turun escalator atau tangga lainnya saya tidak pernah berpegang pada bagian pegangan tangan.

4.  Kalau harus berjalan kaluar rumah, saya biasa menggunakan mobil. Karena anggapan saya selama diperjalanan saya dilindungi oleh dinding mobil sama seperti di rumah saja. Kalau pun harus pakai motor untuk tujuan lebih praktis biasa saya gunakan masker dan pakai helm yang berkaca/pelindung.

Orang yang terpapar covid-19 tidaklah  seperti pengertian aib yang dimaksud di atas. Terpapar mungkin karena tidak melaksanakan protokol kesehatan. Tapi yang jelas takdirnya sudah ditentukan Allah.

Takdir adalah ketentuan Allah yang ditetapkan sejak zaman azali (dahulu). Dalam bahasa Indonesia takdir disebut nasib. Dalam bahasa Arab takdir disebut dalam dua kata yaitu qadha dan qadar. Kedua kata ini bermakna sama (sinonim) tapi ada juga yang memberi makna berbeda. Menurut ulama, takdir ada yang bisa berubah ada yang tidak bisa berubah. Yang pertama disebut takdir mualaq sedang yang terakhir disebut takdir mubrom. Adanya takdir mualaq berdasar pada QS Ar-Ra'd :39. Sedangkan takdir mubrom berdasarkan pada QS Ali Imron :154 dan sejumlah ayat lain. Dalam bahasa Inggris takdir disebut predestination. https://www.alkhoirot.net/2014/08/takdir-islam.html

Apa yang saya rasakan dan apa yang saya bayangkan selama ini sebenarnya sudah saya tulis dalam 4 edisi sebelumnya. Silakan klik link ini agar tidak ketinggalan informasi:


Pertama kali saya rasakan saat saya terindikasi terpapar covid-19 memang luar biasa resiko bahayanya, mungkin penyebabnya karena 10 hari saat terasa sakit baru saya ke rumah sakit. Meskipun lima hari sebelumnya saya dan isteri sudah berobat kedokter. Namun tidak ada perubahan menuju sehat. Akan tetapi begitu dirawat dirumah sakit 2 hari pertama sudah sangat terasa perubahan dan harapan sehat pun semakin nampak. Begitu juga saya lihat pada isteri saya.

Berdasarkan analisa tim medis dari hasil rongsen, pengambilan sampel darah serta sudah tidak memerlukan fasilitas khusus seperti infus, oksegen atau alat kesehatan lainnya. Maka mereka akan dimasukkan ke perumahan karantina kesehatan.

Disini di perumahan karantina kesehatan NSD Kuala Kapuas Kalimantan Tengah, ada 81 orang (jumlah selalu berubah-ubah ada yang keluar karena sembuh, ada juga yang masuk) warga binaan dengan berstatus :
·        Positif dari hasil swab test terakhir
·        Negatif  dari hasil swab test terakhir
·        Reaktif dari rapid tes awal

dan ada lagi

·        Orang sehat

Sedikit saya uraikan apa dan kenapa keempat kelompok itu ada dalam satu lingkungan dan hidup bersosialisasi. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama 9 hari saya berada di lingkungan karantina kesehatan covid-19 NSD Kuala Kapuas. Sejak tanggal tanggal 22 (malam) Juni 2020 sampai tanggal 30 Juni 2020. (Maaf kalau cerita ini salah atau ada yang membantah berarti itu keterbatasan pengetahuan saya).

·       Orang yang berstatus positif hasil swab test terakhir, itu sebenarnya bisa saja telah dilakukan swab test berkali-kali tetapi tetap hasilnya positif. Atau hasil swab testnya berselang-seling seperti : positif-negatif-positif. Maka masih tetap tinggal dan wajib menjalani karantina kesehatan.

·      Orang yang berstatus negatif dari hasil swab test terakhir, itu sebenarnya bisa saja sebelum telah dilakukan swab test berkali-kali tetapi belum mendapatkan hasil negatif 2 kali berturut - turut. Atau hasil swab testnya berselang-seling seperti : negatif-positif-negatif. atau fositif-fositif-negatif. Maka masih tetap tinggal dan wajib menjalani karantina kesehatan, sampai mendapatkan hasil negatif 2 kali berturut - turut.

·   Orang yang berstatus reaktif dari tes awal, itu adalah hasil penelusuran dengan menggunakan rapid tes terhadap kaluarga positif covid-19. Bisa juga hasil tes pada sekelompook orang tertentu atau secara acak. Biasanya rapid tes pada sekelompok orang tertentu dilakukan apabila ada diantara mereka ditemukan positif covid-19. Atau memang upaya gugus tugas untuk melakukan percepatan penuntasan penyebaran covid-19. 

·        Orang yang berstatus sehat, itu adalah kaluarga yang menemani dari warga binaan karantina kesehatan covid 19. Itu memang permintaan bagi warga binaan yang ingin ditemani keluarganya.


Ini adalah foto-foto warga binaan karantina kesehatan bagi merekap yang terindikasi terpapar covid-19. diantara mereka itu ada kelompok orang-orang yang seperti saya sebutkan di atas.



 Selesai berolahraga bulu tangkis mereka berjemur pagi hari





Ibu-ibu bersosialisasi sambil berjemur pagi hari



Bapak-Bapak bersosialisasi sambil berjemur pagi hari

Dilihat secara kasat mata keempat kelompok ini tidak dapat kita bedakan status orang perorang, siapa yang positif, siapa yang negatif, siapa yang reaktif, dan siapa yang sehat. Kecuali kita bertanya langsung kepada yang bersangkutan. Bagi mereka sama saja tidak ada stigma untuk orang-orang yang masih berstatus positif. Begitu juga bagi mereka yang berstatus positif kalau ditanya mereka akan menjawab sesuai statusnya, tidak ada rasa malu, rasa takut. Bahkan warga binaan disini sudah ada yang menjalani swab test hingga 7 kali. Ada yang menjalani karantina kesehatan covid-19 sampai 85 hari lamanya. Namun ada juga yang 2 hari, 4 hari, ini biasanya bagi mereka yang hanya menuggu hasil RT PCR COVID 19 kerena tesnya dilaksanakan di rumah sakit.

Keempat kelompok ini bergaul dan bersosialisasi layaknya seperti kehidupan biasa saja, dalam komplek perumahan NSD Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. (silakan Anda bayangkan seperti kehidupan dalam sebuah komplek perumahan).  Komplek ini memang digunakan untuk menampung warga binaan karantina kesehatan orang-orang yang terpapar indikasi atau positif covid-19.

Disini semua warga binaan melaksanakan protokol kesehatan dan kegiatan seperti:
-         Cuci tangan pakai sabun
-         Pakai masker
-         Jaga jarak
-  Cuci/semprot hidung pakai larutan infus Sodium Chloride 0,9% dengan menggunakan spuit (alat suntik tanpa jarum).
-         Berjemur pagi hari
-         Olahraga



Setelah 9 hari menjalani kehidupan dan bersosialisasi sesama warga binaan karantina di alam terbuka, yang dibatasi dinding pagar pada sisi luar komplek perumahan yang sangat luas. Persepsi saya mulai berubah terhadap orang-orang yang positif covid-19. Secara kasat mata ternyata orang-orang yang diluar atau anda yang selama ini merasa sehat, tidak ada bedanya dengan mereka penghuni karantina kesehatan. Beberapa orang warga binaan saya tanya tentang perasaan kesehatannya, mereka bilang sangat sehat, namun sebenarnya mereka seperti yang saya gambar diatas.

Jangan Anda merasa sehat dan bebas dari covid-19 hanya karena tes suhu tubuh menggunakan thermo gun dibawah 37,3. Mereka penghuni karantina kesehatan di NSD ini juga suhunya dibawah 37,3. 

Nah apa yang membedakan mereka dengan Anda?


Jawabnya adalah Anda tidak pernah atau belum dilakukan swab test, sedangkan mereka rutin dilakukan swab test. Sehingga akan ketahuan dari hasil analisis apakah positif atau negatif. Bagi mereka yang sudah mendapatkan hasil 2 kali negatif berturut-turut dari hasil swab test, maka mereka dinyatakan sehat dan selesai menjalani proses karantina kesehatan covid-19.


Salam sehat hapus stigma covid-19 kembali pada kehidupan normal JANGAN LUPA BAHAGIA



2 komentar:

  1. Terima kasih bagi ilmu dan info serta pengalamannya pak rusmin...semoga semua segera baik dan normal seperti semula

    BalasHapus
  2. Ya, memang berat menanggung beban sebagai orang yang positif Covid-19. Tapi demi untuk memberikan pelajaran semua itu harus saya tepis, dan saya terus menulis serta publisher. Tks doa dan motivasinya

    BalasHapus

PERKENALAN KEPALA SEKOLAH PADA MPLS

KEPALA SMAN 1 ALALAK Nama                          : Drs. Rusmin, M.A.P NIP                             : 19660520199203101...